Minggu, 19 Mei 2013

Tambang Freeport Longsor, Tenaga Ahli Kelas Dunia Dikerahkan untuk Cari 23 Pekerja Freeport



PT Freeport Indonesia telah menerjunkan sejumlah tenaga ahli dan peralatan kelas dunia untuk mencari 23 pekerja yangbelum ditemukan akibat tertimbun sebagian terowongan di area pelatihan Big Gossan, Papua.

"Kami sudah mengerahkan sejumlah ahli beserta perlengkapan berkelas dunia agar dapat menyelesaikan penyelamatan ini secepat mungkin," kata Kepala Teknik Tambang PT Freeport Indonesia Nurhadi Sabirin yang mengepalai para tim penyelamat dalam keterangan tertulisnya, Sabtu lalu (18/5/2013).

Dia menjelaskan, insiden runtuhnya bebatuan ini berasal dari bagian atas fasilitas dan masih terus berjatuhan, mengakibatkan semakin lambatnya proses penyelamatan untuk dapat mencapai para pekerja yang terperangkap.

Perseroan terus berupaya 24 jam tanpa henti dengan cepat dan aman hingga dapat menyelamatkan jiwa mereka. Namun semakin banyak waktu yang dibutuhkan dapat memperkecil kemungkinan adanya pekerja yang selamat.

"Kami minta dukungan semua pihak dan doanya untuk rekan-rekan kerja kita beserta keluarganya," kata Nurhadi.

Sementara itu, Presiden Direktur PTFI Rozik B. Soetjipto menuturkan, ketika upaya penyelamatan dan pemulihan telah selesai, PTFI akan melakukan investigasi menyeluruh untuk mengungkap penyebab dari tragedi tersebut.


Perseroan bahkan akan menyiapkan bantuan tenaga ahli internasional dan melibatkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk melakukan investigasi. Rozik memastikan pihaknya tidak akan berhenti hingga kami menemukan penyebab dari tragedi ini.

"Kami akan menempuh segala langkah yang memungkinkan untuk memastikan hal seperti ini tidak akan terulang kembali. Keselamatan merupakan prioritas utama kami dan para pekerja adalah aset terpenting bagi kami," jelas dia.

Sekadar informasi, dari 38 pekerja Freeport yang terjebak, sekitar 10 orang selamat, lima orang meninggal dunia, dan masih belum ditemukan 23 orang.

Lima orang pekerja yang telah diterbangkan ke Jakarta untuk mendapatkan perawatan medis telah dilaporkan dalam kondisi stabil dan semakin membaik.

Dari kelima pekerja yang sedang mendapatkan perawatan di rumah sakit Tembagapura, tiga dari mereka telah dinyatakan pulih hingga dapat dipulangkan besok, sementara satu orang dari mereka harus tetap menjalani perawatan lebih lanjut.

Rabu, 15 Mei 2013

Papua Akan Dipimpin Para Raja



Implementasi dari kekhususan Papua yang sudah lebih sepuluh 10 tahun menjalankan sistem Otonomi Khusus (Otsus), tahun lalu, tepatnya pada Kamis, (11/10/2012) di Lapangan Skyline Kotaraja, Distrik Jayapura Selatan sejumlah Raja dari Papua memproklamasikan keberadaan mereka sebagai Pemimpin di Tanah Papua. Kepemimpinan yang dideklarasikan itu bukan kepemimpinan dalam arti politik, tetapi kepemimpinan adat dan budaya. Karenanya, ritual proklamasi itu dilakukan dengan ritual adat, ditandai  pembicaraan singkat dalam rumah adat dan api adat.

Pengukuhan atas Raja Tanah Papua yang terpilih, yaitu Raja Alex Mebri Meden Yansu Meiran ditandai dengan “pembaptisan” dengan air adat oleh raja-raja yang hadir, yakni Emanuel Koyari dan Korano Mambaisyen Wanijan (Raja dari Teluk Saireri), dan Christian Mehuze selaku keturunan putri  raja dari Selatan.

Dalam waktu dekat, Raja Alex Membri dan sejumlah raja akan keliling ke daerah-daerah untuk mengukuhkan raja-raja di daerah-daerah. Dalam daftar kerjaan di Bumi Nusantara, untuk wilayah Papua tedapat sedikitnya 10 kerajaan yang tersebut di berbagai wilayah. Di wilayah Timur Papua terdapat kerajaan Patipi, Rumbati, Sekar, Wertuar, dan Fatagar. Di wilayah Barat terdapat Kerajaan Waigama di Pulai Misool, kerajaan Lilinta, dan Kerajaan Waigeo di Raja Ampat. Sedangkan di wilayah utara Papua terdapat Kerajaan Mapia di Pulau Mapia.

Tanggapan Forkorus

Terkait deklarasi para raja tersebut ditanggapi dingin oleh Forkorus Yaboisembut yang setahun lalu melalui sebuah forum yang mereka sebut Konferensi Rakyat Papua III telah ditetapkan sebagai ‘Presiden’ negara federal republik Papua Barat.

Forkorus yang kini sedang mendekam di LP Abepura lantara divonis makar itu menegaskan bahwa sistem kerajaan di Papua hanya ada di Sorong dan Raja Ampat. Sedangkan di daerah lainnya hanya ada Ondoafi, kepala-kepala suku, Mambri, dan selanjutnya sesuai dengan sebutan adat istiadat daerah masing-masing.

Forkorus khawatir, jika sistem kerajaan ini berjalan, maka ‘negara’ Papua barat yang telah dideklarasikannya menjadi tak bernilai lagi, padahal ia dan para pengikutnya sudah mengorbankan segala-galanya demi (termasuk kebebasan hidup mereka) demi mempertahankan ‘negara’ yang mereka bentuk itu.

“Kami tetap melihat mereka sebagai bagian dari kami, tapi apa yang mereka perbuat, itu tidak akan mempengaruhi sikap kami,” ujar Pdt. Ketty Yabansabra mengutip pernyataan Forkorus.

Draf Perdasus

Selain akan mensosialisasikan deklarasi kepemimpinan para Raja, Raja Alex Membri dan para deklarator juga sudah menyiapkan draf Peraturan Daerah Khusus (Perdasus) tentang sistem pemerintahan raja di Tanah Papua. Draf itu akan diserahkan kepada Majelis Rakyat Papua (MRP) yang selanjutnya digodok dan diserahkan ke DPRP untuk disahkan menjadi Perdasus.

Kelembagaan para raja yang sedang disiapkan itu bernama Kerajaan Papua Barat New Guene/Malanesia (KPBNG/M). Struktur kepemimpinan para raja disesuaikan dengan struktur sosial yang ada di Tanah Papua. Di tingkat kampung, dan distrik para raja mempunyai kewenangan melakukan pengawasan dan perlindungan terhadap Kepala kampong dan kepala distrik. Di tingkat kabupaten/kota para raja berwenang mengawasi dan melindungi pada Bupati dan walikota. Di tingkat provinsi para raja mempunyai hak dan kewajiban melakukan pengawasan dan perlindungan terhadap gubernur. Sedangkan di tingkat pusat, untuk melindungi presiden dan menteri-menteri.

Menurut Raja Alex Memberi, pembentukan kelembagaan para Raja ini bukan untuk merampas dan bukan melawan kekuasaan pemerintah, tetapi untuk bersinergi dengan pemerintah serta demi membangun Tanah Papua bagi kesejahteraan lahir dan batinmasyarakat Papua.

“Jadi ini bukan Negara tapi bentuk kerajaan yang namanya Pembentukan Raja ini juga merupakan amanat dari UU No 21 Tahun 2001 tentang otonomi khusus,” tegasnya.


Mengutuk OPM dan Gerakan Kemerdekaan

Demi kesejahteraan masyarakat Papua itulah, Raja Alez Membri mengajak semua suku-suku yang ada di Tanah papua termasuk TPN OPM untuk bergabung membangun Papua. Dirinya meminta anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) agar segera meninggalkan hutan, karena tindakan ituadalah tindakan sesat yang merugikan diri sendiri. Bendera Bintang Kejora (BK), harus segera dilenyapkan dari Tanah Papua.

Menurutnya, corak dalam bendera Bintang Kejora merupakan 7 kunci maut yang diberikan Iblis yang menyebabkan banyak orang Papua meninggal.

“Masalah Papua sudah selesai, tidak ada merdeka, kalau ada perjuangan kemerdekaan cangkokan, maka mereka itu jelas akan dikutuk,” tandas Raja Alex.

Jumat, 03 Mei 2013

SELAMAT ... Ada Otsus Plus untuk Papua !



Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah memberikan Otsus Plus bagi Provinsi Papua untuk  menjawab berbagai berbagai persoalan di Papua. Untuk  menindaklanjuti menidaklanjuti hal tersebut, Gubernur Papua, Lukas Enembe,SIP,MH, bersama Ketua MRP, Timotius Murib, dan Wakil Ketua II DPRP, Yunus Wonda, dan Sekda Constant Karma dengan kembali bertemu dengan Mendagri, Gamawang Fauzi di Kantor Kemendagri, Rabu (1/5) lalu.

Gubernur Papua, Lukas Enembe,SH,MH, usai pertemuan yang berlangsung tertutup itu mengatakan,  Mendagri langsung mencanangkan pelaksanaan 100 hari kerja dirinya dan Wakil Gubernur Papua, Klemen Tinal termasuk Otsus Plus bagi Papua seperti disampaikan Presiden SBY.

“Kita mulai kerja untuk masa depan Papua dibidang ekonomi, infrastruktur, kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi rakyat, dengan diberikan kewenangan lebih luas. Pada hari ini (1 Mei) adalah hari bersejarah karena kita masuk dalam pangkuan Ibu Pertiwi, yakni, hari peradaban Papua,” ungkapnya kepada wartawan usai bertemu dengan Mendagri di ruang pertemuan Kementerian Dalam Negeri RI, Rabu, (1/5).

Untuk membangun Papua yang bangkit, mandiri dan sejahtera, maka dirinya meminta kepada Presiden SBY dan Mendagri untuk memberikan kewenangan yang lebih luas. Sebab pelaksanaan Otsus selama ini belum efektif. Kewenangan dalam hal ini menyangkut semua kebijakan-kebijakan lainnya yang belum diatur dalam Otsus seperti kewenangan kebijakan moneter dan keuangan dan lain sebagainya.

Ditegaskannya, memang Papua sangat tertinggal dalam segala hal, misalnya IPM Papua sangat rendah, kemiskinan di Papua paling tinggi, sehingga ini tugas berat yang harus dikerjakan oleh generasi Papua yang baru ini.

Soal Papua mendapat raport merah dalam Musrembangnas Selasa, (30/4) lalu, bagi Gubernur Lukas Enembe, bahwa sejarah pembangunan Papua berbeda dengan provinsi-provinsi lainnya. Dimana sejarah Papua integrasi ke NKRI itu sudah tertinggal jauh, dengan demikian untuk mengejar ketertinggalan itu bukan dalam 10 sampai 20 tahun.

 “Papua sudah tertinggal jauh, jadi kita tidak bisa harapkan perubahan yang cepat, jadi kita harus menata kembali. Dan disini komitmen sungguh-sungguh para bupati/walikota untuk bekerja keras merubah paradigm Papua terbelakang terus ini,” imbuhnya.

Lanjutnya, saatnya para pemimpin di Papua bersatu, dan rakyat Papua harus bersatu serta membangun untuk keluar dari kondisi yang sangat memprihatinkan ini, yakni kemiskinan yang luar biasa, dan lainnya.


Ditambahkannya, kedepannya juga regulasi keuangan juga harus lebih berpihak kepada rakyat Papua, karena selama ini banyak regulasi menyangkut keuangan tidak mengena sasaran.

“Pola keuangan yang saya bagikan 80 untuk kabupaten/kota, karena mereka punya rakyat dan tahu permasalahan di daerah, sedangkan untuk Provinsi Papua 20 persen saja. Diharapkan dalam pidato Presiden SBY pada 16 Mei mendatang sudah disampaikan point-point penting Otsus,” pungkasnya.

Rabu, 01 Mei 2013

' Rakyat Papua Sambut Gembira dan Bangga '



Upacara peringatan 50 tahun emas kembalinya Papua ke pangkuan NKRI yang diselenggarakan di Taman Imbi, Rabu (1/5) Jayapura, Papua, dirayakan secara meriah, penuh kegembiraan dan rasa bangga oleh rakyat Papua, utamanya para pelaku sejarah di Tanah Papua, sebagai catatan sejarah yang harus diketahui oleh seluruh Putra Papua di Bumi Cenderawasih

Wakapolda Papua Brigjen (Pol)  Drs. Paulus  Waterpauw mengutarakan  upaya   untuk  merebut  kembali  Papua  atau Irian  Barat dari  kekuasaan kolonialisme  Belanda merupakan perjuangan  yang sungguh  luar biasa. Pasalnya, pada 17 Agustus 1945  bangsa  Indonesia  telah  mem-proklamirkan kemerdekaannya.  Tapi kemudian akibatnya  dari pengaruh dan kepentingan penjajahan demi  untuk merebut kekayaan dan Sumber Daya  Alam  (SDA)  di Papua  mereka mempolakan sedemikian rupa. Tapi akhirnya Papua  bisa kembali ke pangkuan NKRI pada  1 Mei 1963.

“Kita semua  sudah mengetahui perkembangan dan kemajuan Papua  baik  dari Sumber Daya Manusia  (SDM) maupun pembangunan itu sendiri, sehingga  perlu  kita syukuri dan nikmati generasi  kita  terus akan  tumbuh dan berkembang untuk membangun dan mendapatkan  kesejahteraan di Tanah ini,” ujarnya.

Terkait  situasi  keamanan dan ketertiban  (Kamtibmas) di seluruh Papua, mantan Kapolres Mimika ini menegaskan, situasi Kamtibmas, baik di   wilayah Papua maupun  Papua Barat masih aman  dan  terkendali. Hal ini perlu  disyukuri  berkat komunikasi  yang dibangun  bersama  semua  elemen  anak  bangsa  di  Tanah  Papua. Kemudian sinergitas  yang dibangun  bersama  antara TNI/Polri, pemerintah serta seluruh stake  holders  (pemangku kepentingan) baik agama, adat, perempuan, pemuda dan lain-lain sehingga   semua  bisa memaknai  dan memahami  pentingnya  peringatan  50 tahun emas kembalinya Papua ke pangkuan NKRI.


Kasdam XVII/Cenderawasih Brigjen TNI I Made Agra Sudiantara menandaskan pihaknya  bersyukur dan berbahagia  karena  bersama  masyarakat memperingati  HUT  ke 50 Papua  kembali ke pangkuan NKRI, karena   Tuhan  telah  memberikan kesempatan untuk  ikut menyaksikan dan ikut   berbahagia dengan seluruh masyarakat memperingati peristiwa  sejarah ini.

“Saya yakin bangsa yang besar  adalah  bangsa  yang menghargai sejarahnya.  Kolonialisme telah memisahkan Papua  dari  NKRI, ternyata   kini dari Sabang sampai Merauke  sudah terbebas dari penjajahan,”  katanya. Karenanya,  pihaknya  mengajak generasi  muda  berjanji  kepada negara dan bersumpah kepada  Tuhan bahwa  rakyat  Papua  harus  memiliki  komitmen mewujudkan kedamaian  di Tanah Papua.

“Mari kita generasi  mudah  harus mampu membuat  para  pendahulu kita tersenyum di surga karena apa  yang telah dibuat oleh para  pendahulu kita mampu  laksanakan membangun Papua  lebih baik  dari pada  hari-hari sebelumnya. Mari kita  rajut kebersamaan di bumi cenderawasih  ini siapa lagi membanggakan Papua  kalau bukan kita yang ada  saat ini,”  imbuhnya.           

Sekda  Kota Jayapura  R.D. Siahaya menandaskan, upacara peringatan  50 tahun emas kembalinya Papua ke pangkuan NKRI ini  sesungguhnya dimaksudkan agar seluruh rakyat yang ada di Kota Jayapura  sebagai warga kota memahami makna  dari kembalinya Irian Barat ke pangkuan NKRI.

“Dengan  rasa  kebanggaan seperti itu  lalu menumbuhkan perasaan  untuk menjalin kesatuan dan persatuan yang  pada  gilirannya  bersama-sama  bergandengan tangan untuk membangun demi terwujudnya Papua maju, mandiri, aman dan sejahtera khususnya di Kota Jayapura,”  tandas dia.  
                                                                        
Selamat Ulang Tahun Emas 1 Mei 2013, bergabungnya Papua menjadi bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.