Singkat
kata, sebagai bagian dari anak bangsa, saya hanya bisa mengingatkan pemerintah
untuk memperhatikan gerakan separatisme yang masih muncul di Papua. Dukungan
jaringan internasional, kemampuan sumber daya manusia dan organisasi yang rapi
bisa menjadikan bibit gerakan separatisme meluas.
Masalah GAM di Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD) sudah selesai dengan dicapainya kesepakatan damai (MoU) di Helsinki, 2005
lalu. Sedangkan RMS sudah tidak ada
artinya. Networking-nya sudah tidak ada.
SDM-nya tidak ada yang unggul. Pimpinannya pun, Alex Manuputty sudah lari ke
AS. Lebih dari itu, banyak elemen masyarakat Maluku yang menolak ide RMS karena
hanya nostalgia.
Kini yang masih tersisa dan bahkan
belakangan mulai “unjuk gigi” lagi adalah OPM di Papua. Gerakan separatisme
Papua ini sangat berbahaya, karena jaringan internasionalnya bagus, SDM-nya
mulai bagus, dan ada dorongan dari organisasi internasional seperti LSM di
Australia, Belanda, dan Amerika Serikat.
Untuk menghadapi gerakan separatisme
ini, ada beberapa cara yang bisa ditempuh pemerintah. Cara pertama, adalah
melalui penegakan hukum yang tegas tapi menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Kedua, memperhatikan keadilan sosial yang menjadi akar permasalahan. Ketiga,
sosialisasi dan pendekatan budaya yang terus-menerus.
Barangkali langkah lain dari penyelesaian
OPM di Papua adalah dengan melakukan pendekatan kepada tetua-tetua Dewan Adat
Papua, bukan Majelis Rakyat Papua. Selain itu, dengan memberi penghargaan pada
tokoh-tokoh Papua yang dulu berjuang untuk Trikora.
Mengapa demikian? Karena pendekatan negara
terhadap Papua dinilai banyak pihak terlampau matematis, instrumental dan
rasionalis sehingga banyak yang keliru dan ahistoris. Pendekatan ini hanya
cocok bagi mereka yang sudah akrab dengan dunia yang modernis dan
materialistis. Padahal sebagian besar orang asli Papua yang hidup dalam
kesederhanaan dan akrab dengan alam lebih membutuhkan sentuhan pembangunan yang
memuliakan kecerdasaan perasaan (kasih, jujur dan toleran).
Mungkin inilah yang dirindukan
saudara-saudara kita di Papua untuk memecahkan setiap masalah berat yang
mengguncang tanah tumpah darahnya selama ini.