Apa anda sudah tahu apa itu ‘Bintang Kejora’? Ini bukan sebutan untuk suatu bintang yang ada dalam tata surya, apalagi merupakan nama sebuah lagu. Bintang Kejora yang dimaksud adalah sebutan untuk nama bendera yang digunakan oleh kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) sebagai simbol aksi pemberontakan mereka untuk memisahkan Provinsi Papua dari Negara Kesatuan RI. Dengan kata lain, Bintang Kejora adalah nama bendera OPM.
Tapi apa anda juga tahu; apa, dari mana asal muasal bendera itu dan mengapa digunakan oleh OPM sebagai lambang kebanggaanya?.
BINTANG KEJORA ADALAH CIPTAAN BELANDA.
Hal itu membuktikan sikap pengingkaran Belanda terhadap ke-sepakatan dengan RI yang sudah menjadi negara yang berdaulat.
Menteri Luar Negeri Belanda saat itu (1961, jauh sesudah 1945), Joseph Luns, menyusun program 10 tahun untuk persiapan dan pem-berdayaan Papua. Selain membangun sektor pendidikan dan infrastruktur, Belanda juga mengadakan pemilihan untuk menentukan perwakilan rakyat Papua dalam wadah Dewan Papua. Tugasnya adalah membentuk komisi nasional untuk kemerdekaan, menentukan bendera, lambang dan lagu kebangsaan. Maka ditetapkanlah bendera Bintang Kejora sebagai bendera kebangsaan, burung Mambruk sebagai lambang negara dan lagu Hai, Tanahku Papua sebagai lagu kebangsaan.
Desain bendera Bintang Kejora sendiri dirancang oleh seorang Belanda bernama Meneer Blauwitt dengan tiga bagian warna yang terdiri dari warna merah, putih dan biru yang meniru bendera Belanda, ditambah ke-13 garis warna putih dan biru, menandakan ke-13 wilayah dalam negara Papua Barat yang akan dibentuk. Adapun lagu Hai, Tanahku Papua merupakan lagu berlirik bahasa Belanda yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, diciptakan oleh salah seorang misionaris Belanda, Ishak Samuel Kijne.
Nah, dengan sekelumit cerita tentang Bintang Kejora ini, silakan direnungkan apa makna yang terkandung didalamnya, tentu akan muncul ‘benang merah’ didalam cerita sejarah Papua, dari dulu hingga sekarang.
Maka jangan heran kalau selama ini OPM selalu memprogandakan pergerakannya untuk meminta simpati dan dukungan dari negara-negara dunia, khususnya Belanda.
Jangan kaget pula kalau orang-orang Papua pernah berebut untuk mencari suaka politik ke Belanda dan ingin menjadi warga Belanda, menyusul saudara dan rekan-rekannya yang sudah mendahului ke sana, seperti para personel Black Brothers, grup musik asal Papua yang tenar di era 1970an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar