Selasa, 18 September 2012

GEJOLAK PAPUA, MENGOYAK INDONESIA



Papua - dahulu disebut Irian Barat dan Irian Jaya - kembali bergejolak. Peristiwa kekerasan berupa penembakan pada rakyat sipil maupun aparat keamanan terjadi berturut-turut.  Insiden Penembakan Misterius (Petrus) tahun 2012 meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan catatan KontraS, tahun 2011 terjadi 13 peristiwa, satu peristiwa terjadi tahun 2010 dan 12 peristiwa tahun 2009. Pada tahun 2012, terhitung dari Januari sampai dengan Juni saja, tepatnya 11 Juni 2012, telah terjadi 17 peristiwa penembakan yang mengakibatkan setidaknya 7 warga sipil, satu jurnalis meninggal dan 10 orang mengalami luka kritis, termasuk warga negara asing Jerman Dietman Pieper.
Isu Papua merupakan isu yang mendunia. Peristiwa pelanggaran HAM yang dilakukan anggota TNI, kerusuhan pekerja PT Freeport, peperangan antar suku, bahkan sentimen agama sering mewarnai Papua. Tak ayal perhatian dunia tertuju kepada Papua. Isu tersebut sengaja dipelihara yang sewaktu-waktu digunakan untuk menghantam ketidakadilan pemerintah Indonesia. Seharusnya pemerintah Indonesia juga berkaca pada semua peristiwa yang terjadi.
Mengingat Papua, bumi yang kaya sumber daya alam, sementara sumber daya manusia masih di bawah rata-rata. Kemiskinan dan keterbelakangan kerap menerpa penduduk Papua. Terutama penduduk asli di Papua. Maka jelas sistem demokrasi yang selama ini didengungkan dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat tidak berlaku. Demokrasi tidak dapat mengikatkan dan mempersatukan rakyat. Karena demokrasi merupakan sistem yang rapuh.
Persoalan Papua ini tidak bisa sekadar dipandang hanya separatis. Lebih dari itu Papua dijadikan medan perebutan dalam hal ekonomi, politik, dan geografis. Indonesia sebagai pemilik sah Papua digugat baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Pihak dalam negeri berupa separatis dan pejabat yang korup. Adapun dari luar negeri tekanan politik yang mengatasnamakan HAM, kebebasan, dan demokrasi. Asing menggunakan isu Papua sebagai bentuk penjajahan kepada Indonesia. Maka Papua bergejolak Indonesia terkoyak.
Separatis muncul merupakan bukti bahwa negara gagal melindungi dan menyejahterakan rakyat. Kegagalan itu akibat negara kalah sejak awal dengan menyerahkan kekayaan alam kepada asing. Kegagalan dalam memberikan kemakmuran, pendidikan, kesejahteraan dijadikan alasan untuk membangkang.
Hal ini pun dimanfaatkan orang asli papua yang mereka termasuk jutawan untuk menyuap rakyat Papua. Tujuannya rakyat diberikan uang agar muncul protes terhadap pemerintah. Sungguh ironis, keterbelakangan rakyat Papua dimanfaatkan untuk perbuatan separatis. Selain itu pula karena kemiskinan yang mereka alami. Mereka menerima saja dana itu. Apalagi dananya dari orang Papua asli. Sementara itu rakyat juga dalam kondisi miskin.
Pengawasan yang lemah oleh negara kepada setiap orang asing maupun kelompok, berhasil dimanfaatkan oleh para misionaris yang memang bekerja sama dengan kapitalis asing untuk menyebarkan virus separatis. Misionaris menghembuskan ide-ide pemisahan dari Indonesia.
 Oleh karena itu, semakin jelas persoalan utama di Papua. Kompleksitas persoalannya dimanfaatkan berbagai pihak yang menginginkan Papua baik kekayaannya maupun wilayahnya yang strategis. Maka yang dirugikan adalah rakyat Papua sebagai pemilik sah wilyahnya. Sungguh malang nasibnya. Ibaratkan jatuh tertimpa tangga. Wajah melompong dan ketidaktahuan akan persoalan menjadikan tambah sengsara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar