Selasa, 10 Januari 2012

Dialog PAPUA


          Hingga kini, Papua masih saja bergolak. Berbagai gangguan keamanan yang dilakukan kelompok bersenjata (baca: OPM) secara sporadis masih saja terjadi di beberapa wilayah di propinsi ujung timur Indonesia ini. Seiring dengan itu, di perkotaan (baca: di lingkungan kaum terdidik) mengemuka tuntutan untuk dilakukannya dialog antara pemerintah pusat dan rakyat Papua.
          Sejarah dan status politik Papua yang terus diperdebatkan di kalangan orang Papua,khususnya berkaitan dengan pelaksanaan Act of Free Choice (Pepera) pada 1962 yang menghasilkan integrasi (reintegrasi) Papua ke Indonesia dan kegagalan pembangunan berkaitan dengan implementasi UU Otsus Papua, terutama bila dilihat dari keberhasilan/kegagalan di empat sektor prioritas: pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi rakyat,dan pembangunan infrastruktur adalah dua diantara beberapa isu yang diinginkan untuk diangkat dalam sebuah forum dialog.
          Namun satu hal yang harus diingat bahwa DIALOG bukanlah solusi, melainkan media atau forum yang disediakan untuk memulai kebuntuan komunikasi  politik antara Jakarta dan Papua. Komunikasi yang lebih intens dan reguler menjadi penting dalam rangka mengatasi: ketegangan, saling curiga, dan saling tidak percaya antara Jakarta dan Papua selama ini. 

          Dialog damai bukan sesuatu yang instan, melainkan proses panjang yang harus dipersiapkan secara matang. Meskipun rumit, dialog sangat mungkin dilakukan dengan terlebih dulu menciptakan kondisi-kondisi yang membuat para pihak semakin yakin untuk berdialog.
          Dari seluruh proses damai dan terutama untuk menuju dialog damai antara Jakarta dan Papua, hal terpenting adalah semua pihak harus memiliki pemahaman yang sama mengenai makna dan urgensi dialog.
          Dialog nasional bukan merdeka, dialog juga bukan NKRI, otsus, atau percepatan pembangunan Papua. Esensi dialog adalah sebuah media, alat, cara berkomunikasi bagi para pihak untuk mulai membuka diri, memandang pihak lain secara setara dan bermartabat, serta keinginan baik untuk mau duduk bersama membicarakan isu-isu yang selama ini menjadi sumber perpecahan,ketegangan, konflik,dan asal-muasal kekerasan di Papua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar