KONFLIK
di Papua sangat rentan dengan campur tangan asing. Diduga tindak kekerasan
tersebut dilakukan kelompok bersenjata OPM dan simpatisannya. Banyak pihak yang
menengarai ada campur tangan asing yang ikut menciptakan agar konflik
berkepanjangan terjadi di Papua. Penilaian sejumlah pihak terkait konflik di
Papua dapat dibenarkan karena ada indikasi ke arah itu, diantaranya munculnya
kelompok yang sudah berani menggunakan senjata dan terang-terangan menyatakan
merdeka, serta mengibarkan bedara simbol separatis Papua.
Konflik sengaja diciptakan dengan
memanfaatkan even-even tertentu untuk melawan aparat keamanan. Bentrok sengaja
diciptakan untuk menimbulkan kekacauan dan pemberitaan luas, untuk menarik
simpati internasional. Hal ini merupakan setting
yang diotaki asing yang bermain di Papua.
Konflik di Papua disebabkan provokasi yang
berkepentingan dengan Sumber Daya Alam (SDA) disana. Provokasi ini dimunculkan
pihak-pihak luar yang punya kepentingan dengan sumber daya alam Papua yang kaya
raya tersebut. Sebaliknya, kalau tidak punya kekayaan alam, maka tidak akan ada
provokasi di Papua. Lihat saja di negara-negara Afrika yang miskin atau tidak
mempunyai sumber daya alam, selama ini mana ada kelihatan konflik atau memang
sengaja dibiarkan saja.
Dengan kekayaan alam yang dimilikinya,
Papua diincar banyak pihak, terutama negara yang mempunyai kepentingan atau
membutuhkan sumber daya alam. Terkait keinginan sebagian pihak di Papua yang
merasa diperlakukan tidak adil, yang perlu ditindaklanjuti adalah dengan melakukan
evaluasi terhadap otonomi daerah (otsus) yang telah diberikan kepada provinsi
tersebut. Kalau dalam konteks Irian (Papua), kini ada perasaan merasa tidak
diperhatikan, ada keinginan menentukan nasib sendiri. Di negara merdeka seperti
Indonesia, hal itu bukan bikin negara baru, tapi minta otonomi. Kalau sudah
diberi otonomi tetapi masih minta melepaskan diri, itu pasti ada provokasi.
Lebih dari itu, yang paling penting bagi
bangsa Indonesia dalam menyelesaikan persoalan Papua adalah penyelesaian secara
internal. Untuk itu harus dibuat suatu koridor, apalagi kita punya pengalaman
dengan Provinsi Timtim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar