Rabu, 04 Juli 2012

BERHARAP PERUBAHAN


Tentu kita banyak berharap akan terjadinya perubahan di negara ini, tetapi realita berbicara lain. Antara harapan dan kenyataan belum menyatu. Berbagai kejadian yang melanda negara ini terus menghimpit dan mendera bangsa kita. Belum selesai satu persoalan disusul lagi persoalan baru. Akhirnya kita menjadi “kecewa”. Kta menjadi malu sebagai bangsa Indonesia.
Situasi perkembangan politik yang ada turut mewarnai perjalanan sejarah bangsa. Sebagai konsekuensi dari dinamika politik tersebut telah membawa kita ke arah yang selalu diwarnai dengan pertentangan dan perpecahan. Hari ini orang-orang dari satu partai dapat begitu kompaknya, namun hanya karena adanya kepentingan individu yang berbeda akhirnya hengkang ke partai lain.
Ketika terjadi kecelakaan pesawat militer, orang-orang ramai menyalahkan pemerintah dan bersimpati kepada TNI atas kondisi alutsistanya yang tua sehingga memakan korban yang seharusnya tidak perlu terjadi. Tentara yang “dibuat” dengan mahal menggunakan uang rakyat, ujung-ujungnya tidak mati akibat tugas di medan pertempuran tetapi karena kecelakaan. Namun ketika separatisme mulai menyeruak lagi di Papua, tidak satupun pihak yang mempertanyakan  – apalagi mendukung – keterlibatan militer untuk berada di depan dalam menghadapinya, padahal Polri sudah menyatakan berkali-kali kewalahan dihadapkan pada kondisi geografis dan demmografis Papua yang sedemikian berat bagi aparatur keamanan dan ketertiban masyarakat.
Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Irian Jaya (Papua) tetap menggeliat, bahkan belakangan mulai sering melakukan penyerangan dan penghadangan secara terbuka terhadap aparat keamanan, Polri dan – terakhir – iring-iringan kendaraan TNI. Lebih dari itu, OPM secara sistematis melakukan propaganda di media massa cetak, elektronik dan online untuk menunjukkan eksistensinya sekaligus mencari dukungan berbagai pihak, di dalam maupun di luar negeri.
            Puluhan tahun silam bangsa ini telah berikrar lewat gerakan Boedi Oetomo yang dijadikan bangsa ini sebagai momen Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang jatuh pada 20 Mei 1908. Puluhan tahun kemudian diikrarkan lagi dalam sebuah Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928 bagaimana agar tetap satu dalam tanah air, bangsa, dan bahasa yaitu Indonesia. Harapan-harapan ini tidak lain adalah semoga bangsa dan negara ini ke depan tetap utuh dalam bingkai NKRI tanpa ada pihak lain yang merasa tertindas dalam pengelolaan negara ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar